BIOGRAFI IMAM NAWAWI
Jumat, 01 Februari 2013
0
komentar
BIOGRAFI IMAM NAWAWI AD-DIMASYQIY
DAN KANDUNGAN KITAB RIYADHUS SHALIHIN
A.
Pendahuluan
Kitab Riyadus
Shalihin adalah sebuah kitab yang sangat masyhur dalam dunia Islam. Kitab ini
telah dijadikan pegangan selama ratusan tahun bagi para ulama, pelajar dan penuntut
ilmu agama di belahan dunia. Di Indonesia sendiri kitab Riyadus Shalihin ini
merupakan salah satu ‘kitab wajib’ bagi seluruh pesantren.[1]
Pengarang kitab
Riyadus Shalihin adalah Al Imam Al ‘Alamah al Muhaddits, Muhyiddin Abu Zakaria
Yahya bin Syaraf an Nawawi ad Dimasqi as Syafi’i, beliau dikenal sebagai ulama
paling ‘alim pada zamannya, zuhud dan wara’, serta kuat beramal sholeh.
Dilahirkan di sebuah desa bernama Nawa dekat Damsyik, Suriah pada tahun 631 H.
Beliau mulai menuntut ilmu di sebuah sekolah agama milik Habbatullah bin
Muhammad Al Anshori yang terkenal dengan sebutan Ibnu Rawahah. Madrasah itu
bernama Madrasah Ar Rawahiyyah. Imam Nawawi belajar di Madrasah ini mulai tahun
649 H, saat berusia delapan belas tahun, kemudian melanjutkan pelajarannya ke
Sekolah Darul Hadits di Madrasah Usruniah. Beliau wafat di desanya sendiri
yaitu desa Nawa, Damsyik, Suriah, pada tahun 676 H pada usia 45 tahun. Meskipun
beliau belum sempat menikah seumur hidupnya, namun sebagai penghormatan, kaum
muslimin tetap menggelarinya ‘Abu Zakaria’, yang menggambarkan seolah-olah
beliau pernah memiliki seorang putra.[2]
Riyadus
Shalihin yang diartikan sebagai pelatihan orang-orang shalih, dibahas menjadi
19 kitab yang terbagi atas 372 Bab dan menyertakan sebanyak 1900 hadis. Dalam
metode penulisannya, Imam Nawawi mengemukakan ayat-ayat Qur’an sebagai dalil
utama untuk menguatkan dalil penyokong atas kitab yang akan dibahas, kemudian
baru menyertakan dalil-dalil hadis sebagai penjabaran atas bab-bab yang dibahas
tersebut.
Di dalam
mukaddimah kitabnya, Imam Nawawi mengatakan bahwa kitabnya itu mengandung
hadis-hadis yang beliau kutip dari Kutubussittah (enam kitab utama),
yaitu kitab hadis yang paling utama dalam Islam. Dan secara tegas dikatakan
bahwa beliau hanya mengutip hadis-hadis yang shahih dari kitab-kitab yang
masyhur itu. Dengan demikian tidak akan ada satu hadis dho’if pun yang
dimasukkan ke dalam kitab ini. Dalam hal ini, para ulama se-dunia selama
ratusan tahun sudah membuktikan kebenaran ucapan Imam Nawawi itu. Selanjutnya,
dalam perjalanan sejarah, kitab Riyadus Shalihin terbukti telah berhasil
membantu para ulama untuk membentuk murid-murid mereka di pesantren-pesantren
dan madrasah-madrasah, atau pada majelis-majelis ta’lim di masjid-masjid
di seluruh Indonesia.[3]
Kitab Syarah
Riyadus Shalihin ini juga sangat terkenal di sisi para ulama ahlusssunnah wal
jama’ah di dunia Islam, khususnya bagi para ulama dan santri di tanah air
Indonesia.
B.
Biografi Imam Nawawi ad-Dimasyqiy
Nama lengkap beliau adalah Yahya bin Syaraf bin
Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, Abu Zakaria. Beliau dilahirkan pada
bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq (Damaskus)
yang sekarang merupakan ibukota Suriah. Beliau dididik oleh ayah beliau yang
terkenal dengan kesalehan dan ketakwaan. Beliau mulai belajar di Katatib
(tempat belajar baca tulis untuk anak-anak) dan hafal Al-Quran sebelum
menginjak usia baligh.[4]
Ketika berumur sepuluh tahun, Syaikh Yasin bin
Yusuf Az-Zarkasyi melihatnya dipaksa bermain oleh teman-teman sebayanya, namun
ia menghindar, menolak dan menangis karena paksaan tersebut. Syaikh ini berkata
bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang paling pintar dan paling zuhud
pada masanya dan bisa memberikan manfaat yang besar kepada umat Islam. Perhatian
ayah dan guru beliaupun menjadi semakin besar.[5]
An-Nawawi tinggal di Nawa hingga berusia 18
tahun. Kemudian pada tahun 649 H ia memulai rihlah thalabul ilmi-nya ke
Dimasyq dengan menghadiri halaqah-halaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama
kota tersebut. Ia tinggal di madrasah Ar-rawahiyyah di dekat Al-Jami’
Al-Umawiy. Jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama.
Disebutkan bahwa ia menghadiri dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali
dan menghafal banyak hal. Ia pun mengungguli teman-temannya yang lain. Ia
berkata: “Dan aku menulis segala yang berhubungan dengannya, baik penjelasan
kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada kata-kata. Dan Allah telah
memberikan barakah dalam waktuku.”[6]
Diantara syaikh beliau: Abul Baqa’ An-Nablusiy,
Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ausiy, Abu Ishaq Al-Muradiy, Abul Faraj Ibnu Qudamah
Al-Maqdisiy, Ishaq bin Ahmad Al-Maghribiy dan Ibnul Firkah. Dan diantara murid
beliau: Ibnul ‘Aththar Asy-Syafi’iy, Abul Hajjaj Al-Mizziy, Ibnun Naqib
Asy-Syafi’iy, Abul ‘Abbas Al-Isybiliy dan Ibnu ‘Abdil Hadi.
Pada tahun 651 H ia menunaikan ibadah haji
bersama ayahnya, kemudian ia pergi ke Madinah dan menetap disana selama satu setengah
bulan lalu kembali ke Dimasyq. Pada tahun 665 H ia mengajar di Darul Hadits
Al-Asyrafiyyah (Dimasyq) dan menolak untuk mengambil gaji.
Beliau digelari Muhyiddin (yang
menghidupkan agama) dan membenci gelar ini karena tawadhu’ beliau.
Disamping itu, agama islam adalah agama yang hidup dan kokoh, tidak memerlukan
orang yang menghidupkannya sehingga menjadi hujjah atas orang-orang yang
meremehkannya atau meninggalkannya. Diriwayatkan bahwa beliau berkata: “Aku
tidak akan memaafkan orang yang menggelariku Muhyiddin.”[7]
Imam Nawawi meninggalkan banyak sekali karya
ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar empat puluh kitab, diantaranya:
- Dalam bidang hadits: Arba’in, Riyadhush Shalihin, Al-Minhaj (Syarah Shahih Muslim), At-Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan Al-Basyirin Nadzir.
- Dalam bidang fiqih: Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu’.
- Dalam bidang bahasa: Tahdzibul Asma’ wal Lughat.
- Dalam bidang akhlak: At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, Bustanul Arifin, Al-Adzkar.
Kitab-kitab ini dikenal secara luas termasuk
oleh orang awam dan memberikan manfaat yang besar sekali untuk umat. Ini semua
tidak lain karena taufik dari Allah Ta’ala, kemudian keikhlasan dan kesungguhan
beliau dalam berjuang. Imam Nawawi meninggal pada 24 Rajab 676 H (rahimahullah
wa ghafara lahu.)
C.
Pembahasan Isi Kitab Riyadhus Shalihin
Di antara karya-karya beliau yang paling
bermanfaat, terkenal dan tersebar di semua kalangan adalah kitab “Riyadhush
Shalihin”. Kandungan dari kitab Riyadhush Shalihin ada dua hal:[8]
Pertama, isi kandungannya yang memuat bimbingan yang
dapat menata dan menumbuhkan jiwa serta melahirkan satu kekuatan yang besar
untuk berhias dengan ibadah yang menjadi tujuan diciptakannya jiwa tersebut dan
mengantarnya kepada kebahagiaan dan kebaikan, karena kitab ini umum meliputi Targhib
dan Tarhib serta kebutuhan seorang muslim dalam perkara agama, dunia dan
akhiratnya. Kitab ini adalah kitab tarbiyah (pembinaan) yang baik yang
menyentuh aneka ragam aspek kehidupan individual (pribadi) dan sosial
kemasyarakatan dengan uslub (cara pemaparan) yang mudah lagi jelas yang dapat
dipahami oleh orang khusus dan awam.[9]
Dalam kitab ini Imam Nawawi mengambil materinya
dari kitab-kitab sunnah terpercaya seperti Shohih al-Bukhoriy, Muslim,
Abu Daud, An Nasaa’i, At Tirmidziy, Ibnu Majah dan
lain-lainnya. Beliau berjanji tidak memasukkan ke dalam bukunya ini kecuali
hadits-hadits yang shohih dan beliau pun menunaikannya sehingga tidak
didapatkan hadits yang lemah kecuali sedikit itu pun kemungkinan menurut
pandangan dan ilmu beliau adalah shohih.
Kedua, tingginya kedudukan ilmiah yang dimiliki
pengarang Riyadhush Shalihin ini diantara para ulama zamannya karena
keluasan ilmu dan dalamnya pemahaman beliau terhadap sunnah Rasulullah.
Kitab Riyadhush Shalihin ini memiliki
keistimewaan yang tidak dimiliki kitab selainnya dari kitab-kitab Sunnah dan
dia benar-benar bekal bagi penasihat, permata bagi yang menerima nasihat,
pelita bagi orang yang mengambil petunjuk dan taman orang-orang sholih. Hal
inilah yang menjadi sebab mendapatkan kedudukan yang tinggi di kalangan ulama
sehingga mereka memberikan syarah, komentar dan mengajarkannya di
halaqah-halaqah mereka.
Imam Nawawi memberikan keistimewaan dalam
tertib dan pembuatan bab pembahasan, beliau membaginya menjadi beberapa kitab
dan kitab-kitab ini dibagi menjadi beberapa bab lalu menjadikan kitab sebagai
judul bagi hadits-hadits yang ada di dalam bab-bab yang banyak dari satu jenis
dan menjadikan bab sebagai judul bagi sekelompok hadits yang menunjukkan satu
permasalahan khusus.
Pembahasan isi
dari kitab Riyadhus Shalihin ini diawali dengan ‘kitab Ikhlas’, beliau membuka
dengan manis kitab Riyadus Shalihin itu dengan menyertakan ayat-ayat Qur’an
yang mendukung pembahasan kitab ikhlas tersebut. Hampir seluruh isi kitab ini
mengandung ruh akan dorongan menghambakan diri kepada Allah serta ‘memupuk’
amal shalih. Mayoritas isi pada kitab-kitab awal adalah mengenai masalah hati
dan kebersihan jiwa. Seperti masalah ikhlas niat, taubat, sabar, shiddiq,
murraqabah, yaqin, tawakal, istiqamah, mujahadah, hemat, rajin, zuhud, qana’ah,
dermawan, tolong-menolong, nasehat, amar ma’ruf-nahi mungkar, amanat, dan
menghindari kezaliman.[10]
Pada bagian
berikutnya beliau menekankan kepada masalah muamalat mu’asyarah, yakni
masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan manusia bermasyarakat sebagai
makhluk sosial, seperti: mendamaikan manusia, berbelas kasih pada anak yatim,
orang miskin, menjaga hak wanita, hak suami dan istri, belanja keluarga,
hak-hak tetangga, orang tua, anak dan keluarga, menghormati ulama, kaum
kerabat, orang-orang sholeh dan lain-lain.[11]
Pada pembahasan
masalah moral dan adab, beliau menekankan juga tentang perihal keadilan,
hubungan antara rakyat dan pemimpin, menjaga adab kesopanan terhadap orang
hidup maupun orang mati, sampai adab-adab pribadi untuk diamalkan sehari-hari,
tidak luput dari pembahasan beliau. Sedemikian lengkapnya, sehingga urusan
pribadi umat dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, secara ‘manis’ dan rapi
beliau bahas satu persatu.
Dalam masalah syariat, secara panjang lebar beliau membahas pula
hukum-hukum dalam berbagai masalah; mulai dari masalah berpakaian, wudhu,
sholat-sholat wajib, sholat-sholat sunat, puasa sunat, ziarah kubur, sumpah,
jual-beli, dan lain-lain dengan menyertakan adab-adab dan kesempurnaan amal,
lengkap dengan fadhilah amal, sehingga tidak monoton membahas masalah pokok
fiqihnya saja. Pembahasan
kitab ini diakhiri dengan indah pada Bab Istighfar, mulai dari dalil perintah
beristighfar sampai kelebihan orang-orang yang beristighfar.
Demikianlah keistimewaan kitab ini sehingga
sudah selayaknya mendapatkan perhatian dari setiap muslim yang ingin membina
dirinya menuju ketakwaan.
D.
Kesimpulan
Kitab Riyadus
Shalihin adalah sebuah kitab yang sangat masyhur dalam dunia Islam. Kitab ini
telah dijadikan pegangan selama ratusan tahun bagi para ulama, pelajar dan
penuntut ilmu agama di belahan dunia. Di Indonesia sendiri kitab Riyadus
Shalihin ini merupakan salah satu ‘kitab wajib’ bagi seluruh pesantren. Pengarang
kitab Riyadus Shalihin adalah Al Imam Al ‘Alamah al Muhaddits, Muhyiddin Abu
Zakaria Yahya bin Syaraf an Nawawi ad Dimasqi as Syafi’i.
Pembahasan isi
dari kitab Riyadhus Shalihin ini diawali dengan ‘kitab Ikhlas’, beliau membuka
dengan manis kitab Riyadus Shalihin itu dengan menyertakan ayat-ayat Qur’an
yang mendukung pembahasan kitab ikhlas tersebut. Hampir seluruh isi kitab ini
mengandung ruh akan dorongan menghambakan diri kepada Allah serta ‘memupuk’
amal shaleh. Mayoritas isi pada kitab-kitab awal adalah mengenai masalah hati
dan kebersihan jiwa.
Pada bagian
berikutnya beliau menekankan kepada masalah muamalat mu’asyarah, yakni
masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan manusia bermasyarakat sebagai
makhluk sosial. Pada bagian berikutnya beliau membahas masalah moral dan adab.
Dalam masalah syariat, secara panjang lebar beliau membahas pula
hukum-hukum dalam berbagai masalah; mulai dari masalah berpakaian, wudhu,
sholat-sholat wajib, sholat-sholat sunat, puasa sunat, ziarah kubur, sumpah,
jual-beli, dan lain-lain dengan menyertakan adab-adab dan kesempurnaan amal,
lengkap dengan fadhilah amal, sehingga tidak monoton membahas masalah pokok
fiqihnya saja. Pembahasan
kitab ini diakhiri dengan indah pada Bab Istighfar, mulai dari dalil perintah
beristighfar sampai kelebihan orang-orang yang beristighfar.
Daptar Pustaka
http://virouz007.wordpress.com/2010/05/15/bedah-kitab-riyadhus-shalihin/
(Online 27 April 2011).
http://mki5ska.files.wordpress.com/2008/03/biografi-ringkas-imam-nawawi.pdf
(Online 27 April 2011).
http://muslim.or.id/biografi/biografi-ringkas-imam-nawawi.html
(Online 27 April 2011).
http://opi.110mb.com/haditsweb/sejarah/sejarah_singkat_imam_nawawi.html
(Online 27 April 2011).
http://muslim.or.id/hadits/sekilas-tentang-kitab-riyadhus-shalihin.html (Online 27 April 2011).
[1] http://virouz007.wordpress.com/2010/05/15/bedah-kitab-riyadhus-shalihin/
(Online 27 April 2011).
[3] Ibid.
[4]http://mki5ska.files.wordpress.com/2008/03/biografi-ringkas-imam-nawawi.pdf
(Online 27 April 2011).
[5]http://muslim.or.id/biografi/biografi-ringkas-imam-nawawi.html
(Online 27 April 2011).
[6]
Ibid.
[7]http://opi.110mb.com/haditsweb/sejarah/sejarah_singkat_imam_nawawi.html
(Online 27 April 2011).
[10] http://virouz007.wordpress.com/2010/05/15/bedah-kitab-riyadhus-shalihin/
(Online 27 April 2011).
[11]Ibid.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: BIOGRAFI IMAM NAWAWI
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/01/biografi-imam-nawawi.html?m=0. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5