Bercanda Ala Rasulullah
Kamis, 02 Mei 2013
4
komentar
Kebanyakan orang bercanda melampaui
batas-batas yang diperbolehkan oleh syariat. Sebagaimana kita lihat di
telvisi-televisi, banyak para pelawak becanda berlebihan, seperti mengeluarkan
kata-kata yang kotor, jorok, porno, bahkan seorang pelawak rela menjadi banci
hanya untuk membuat orang tertawa. Hal tersebut tidak diperbolehkan dalam
Islam.
Tidak bisa dipungkiri, di saat-saat tertentu
kita memang membutuhkan bercanda agar tercipta suasana rileks dan santai untuk
mengendurkan urat syaraf, menghilangkan rasa pegal dan capek sehabis beraktivitas.
Diharapkan setelah itu badan kembali segar, mental stabil, semangat beraktivitas
bangkit kembali, sehingga produktifitas semakin meningkat. Hal ini tidak
dilarang selama tidak berlebihan. Namun yang menjadi pertanyaan bercanda yang
bagaimanakah yang diperbolehkan oleh Rasulullah?
Rasulullah SAW pun adalah
orang yang humoris. Beliau sering
mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil
hati serta membuat mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan, tetap
ada batasnya. Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya
tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar.
Sebagaimana yang diriwayatkan dalam beberapa hadits yang menceritakan seputar
bercandanya Rasulullah SAW. Seperti hadits dari ‘Aisyah ra, “Aku belum
pernah melihat Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak
hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Abu Hurairah ra pun menceritakan, para sahabat bertanya kepada
Rasulullah SAW, “Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau
bersama kami?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan
sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad.
Sanadnya Shahih)
Adapun contoh bercanda ala
Rasulullah adalah ketika Seseorang sahabat mendatangi Rasulullah SAw, dan dia
meminta agar Rasulullah SAW membantunya mencari unta untuk memindahkan barang-barangnya.
Rasulullah berkata: “Kalau begitu kamu pindahkan barang-barangmu itu ke anak
unta di seberang sana”. Sahabat bingung bagaimana mungkin seekor anak unta
dapat memikul beban yang berat. “Ya Rasulullah, apakah tidak ada unta dewasa
yang sekiranya sanggup memikul barang-barang ku ini?” Rasulullah menjawab, “Aku
tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah anak unta. Tidak
mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta” Sahabat tersenyum dan
dia-pun mengerti canda Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan At
Tirmidzi. Sanad sahih)
Seorang perempuan tua
bertanya pada Rasulullah: “Ya Utusan Allah, apakah perempuan tua seperti aku
layak masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Ya Ummi, sesungguhnya di surga
tidak ada perempuan tua”. Perempuan itu menangis mengingat nasibnya Kemudian
Rasulullah mengutip salah satu firman Allah di surat Al Waaqi’ah ayat 35-37
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan
Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya”.
(Riwayat At Tirmidzi, hadits hasan)
Adab Bercanda Ala
Rasulullah
Poin di atas cukup mewakili humor yang pernah dilakukan oleh
Rasulullah. Selain itu, ada beberapa adab atau tata cara yang harus kita
perhatikan dalam bercanda, antara lain:
Pertama, Meluruskan tujuan, yaitu bercanda untuk
menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan
canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh semangat baru dalam
melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Kedua, Jangan melewati batas. Sebagian orang sering
berlebihan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Terlalu banyak bercanda
akan menjatuhkan wibawa seseorang.
Ketiga, Jangan bercanda dengan orang yang tidak suka
bercanda. Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka
bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan
akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.
Keempat, Jangan bercanda dalam perkara-perkara yang
serius. Seperti dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim ketika
memberikan persaksian dan lain sebagainya.
Kelima, Menakut-nakuti seorang muslim dalam bercanda,
misalnya dengan mencuri barang miliknya, namun ia hanya bercanda. Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian
mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Dalam hadisnya yang lain, Rasullullah
shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim
untuk menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud)
Keenam, Berdusta saat bercanda. Rasullullah SAW
bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang
yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana
di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang
bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki
akhlaknya.” (HR. Abu Dawud). Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap
orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau, “Celakalah
seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia,
celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Ketujuh, Melecehkan sekelompok orang tertentu.
Misalnya bercanda dengan melecehkan penduduk daerah tertentu, atau profesi
tertentu, bahasa tertentu dan lain sebagainya, yang perbuatan ini sangat
dilarang.
Kedelapan, Canda yang berisi tuduhan dan fitnah terhadap
orang lain. Sebagian orang bercanda dengan temannya lalu mencela, memfitnahnya,
atau menyifatinya dengan perbuatan yang keji untuk membuat orang lain tertawa.
Kesembilan, Hindari bercanda dengan aksi atau kata-kata
yang buruk. Allah telah berfirman, yang artinya, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku,
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya
setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah
musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. al-Isra’:53)
Kesepuluh, Jangan melecehkan syiar-syiar agama dalam
bercanda. Misalkan seseorang bercanda dengan mempermainkan simbol-simbol agama,
ayat-ayat Al-Qur’an dan syair-syairnya. Sungguh perbuatan itu bisa menjatuhkan
pelakunya dalam kemunafikan dan kekufuran.
Demikianlah mengenai batasan-batasan dalam bercanda ala Rasulullah yang
diperbolehkan dalam syariat. Semoga setiap kata, perbuatan, tingkah laku dan
akhlak kita mendapatkan ridlo dari Allah SWT dalam bercanda, semoga kita bisa
bercanda ala Rasulullah. Kita senantiasa memohon taufik dari Allah agar
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang wajahnya tidak dipalingkan saat di
kubur nanti karena mengikuti sunnah Nabi-Nya. Wallahu A’lam bis Showaf
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Bercanda Ala Rasulullah
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/01/bercanda-ala-rasulullah.html?m=0. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5