RINDU SOSOK SAHABAT
Minggu, 03 Februari 2013
0
komentar
Terbangun dari tidur dan mimpiku yang indah, tidak lupa ku goreskan pena ke dalam sebuah karya di pagi hari. Sebuah cerita pendek yang mudah-mudahan bisa menggugah kita dalam mencari sosok sahabat, sahabat yang Lillahi Ta'la. Sambil menghirup teh dan ditemani rokok, ku buat lagi tulisan-tulisan yang mudah-mudahan bermanfaat. Amin Ya Rabbal 'Alamin
RINDU SOSOK
SAHABAT
Ketika bahagia alangkah
indahnya apabila ada sahabat di sisiku. Kala musibah dating, betapa bahagianya
sahabat menemani. Di saat ku merasa sepi, begitu senangnya apabila ada sahabat
disampingku. Sahabat. Sahabat dan sahabat. Itulah kira-kira tentang diriku yang
sedang merindukan kehadiran sosok sahabat sejati disampingku. Aku merupakan
orang yang sangat suka pada persahabatan.
Namun, sekian lama
pengembaraanku dalam mencari seorang sahabat tak jua aku temukan. Sampai
sekarang, saat ku sudah hampir menyelesaikan pendidikan ku di salah satu
Universitas Islam belum juga kutemukan. Aku berpikir, di saat kuliah akan mudah
mencari seorang sahabat yang bener-bener sahabat.
Tapi apa yang kupikirkan tak
sesuai dengan yang ku harapkan. Beragam orang yang ada di tempat kuliah, belum
jua bisa kujadikan sahabat. Sudah hampir tiga tahun setengah berlalu, yang
kudapatkan hanya kekecewaan dalam menjalin sebuah persahabatan. Di kala ku
sangat sayang dan mencintainya ia malah meninggalkanku. Tapi paling tidak,
kuharapkan ada sosok sahabat yang bisa menemaniku dengan setia di sisa-sisa
pendidikanku. Saat itu Aku, Doni, dan Ali berada di perpustakaan. “Don, kita
jalan yuk? Ujar seorang teman yang ku anggap sebagai sahabat, Ali. Jalan kemana
Li, jawab Doni. Kita ke Jembatan Kahayan aja, santai sambil menikmati indahnya
sore ini, jelas Ali. Oke, boleh juga tuh, kata Doni.
Kemudian mereka meninggalkan
ku tanpa basa-basi untuk mengajakku. Sungguh malang nasib diriku, padahal kami
sering bersama, karena kami satu ruangan, bahkan satu rumah. Aku melangkah ke
luar dari perpustakaan dengan menahan rasa sedih dan tangis yang dahsyat dan
tidak mampu kubendung lagi. Akhirnya aku putuskan untuk kembali ke rumah.
Di rumah, hanya Dedi yang ada.
“Ded, aku ke kamarmu ya? Ujar ku. Oh iya, gak apa-apa Pon, kata Dedy. Pada saat
itu juga ku tutup wajah ku dengan bantal, dan kutumpahkan semua air mata yang
kubendung selama ini. Akupun merasa agak sedikit mendingan. Aku sedikit kecewa,
kenapa mereka begitu tega kepadaku, kurang baik apa aku di depan mereka. “Pon,
lu kenapa sich? Kok tiba-tiba nangis”, tanya dedy kepadaku di sela-sela akhir
tangisku. “Nggak apa-apa kok Ded, ku jawab sambil kutebarkan senyum padanya.
Padahal hatiku seperti disayat-sayat pada saat itu.
Aku merasa mereka semua sama
saja, tidak ada yang setia. Aku merasa mereka hanya memanfaatkan ku di saat
mereka butuh kepada ku. Begitu masalah selesai mereka meninggalkan ku kembali.
“Pon, kenapa ya akhir-akhir ini Jon menjauhi ku. Padahal ia orang yang dekat dan
paling mengerti aku, tapi sekarang ia menjauhiku, kata Dedy sambil meneteskan
air matanya. “Yah Ded, jangan merasa sendiri gitu dong, jawabku dengan senyum.
Kita hidup ini tidak sendirian Ded, Allah selalu ada buat kita, selalu menemani
kita di saat suka maupun duka. Bahkan Allah akan memberikan solusi buat masalah
kita.
Kalau kita merasa sendiri,
berarti kita telah melupakan Allah. Kata-kata itu begitu saja terlontar di
bibirku, nasihat yang seharusnya juga tepat untukku. Begitu bodohnya diriku,
Aku sudah merasa kesepian, padahal Allah selalu ada buatku. Selalu menemaniku.
Allah lah tempat kita mengadu dan curhatanku. Dijamin Aman. Tiba-tiba Dedy
memelukku. “Maaf pon, seharusnya gue sadar dari dulu, bahwa kamu selalu ada
buatku. Di saat ku sedih, sendiri, ingin curhat, kamu selalu ada buatku. Dan lo
bisa ngingatin gue ke Allah. Lo lah sebenarnya sahabat gue yang setia, ujar
Dedy sambil menangis.
Aku merasakan kehampaan
sejenak. Tak terasa air mataku juga mengalir. Akhirnya setelah aku sadar bahwa
aku tak pernah sendiri, Allah selalu bersama ku. Ia selalu setia menemaniku,
saat suka dan duka. Tak perlu aku meminta orang lain menjadi sahabatku, tapi
Allah memberikannya kepada ku. Sahabat dating dengan sendirinya. Sambil menyeka
air mata ku yang tersisa, kami tersenyum bersama. Persahabatan yang indah,
mudah-mudahan diridhai oleh-Nya. Sahabat itu memang terkadang tidak perlu kita
cari. Ia akan datang dengan sendirinya. Yang terpenting kita berbuat baik saja
kepada orang lain, dan terlebih jangan pernah lupa sama-Nya. Karena Allah
selalu bersama kita. “Jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita”. Dia
tidak pernah meninggalkan kita, maka jangan kita meninggalkan-Nya.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: RINDU SOSOK SAHABAT
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/02/rindu-sosok-sahabat.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5