SAHABAT KARIB IBLIS
Minggu, 07 April 2013
0
komentar
Di dalam kehidupan ini, banyak manusia yang
meanggap dirinya lebih dari orang lain, baik itu dari segi ilmu, kekayaan,
derajat dan lainnya. Hal tersebut merupakan wujud dari keaku-akuan seseorang. Keaku-akuan
adalah sifat yang dimiliki manusia dengan menganggap dirinya lebih dari orang
lain dan meremehkan orang lain, karenanya orang yang beraku-aku itu seringkali
menolak kebenaran, apalagi bila kebenaran itu datang dari orang yang
kedudukannya lebih rendah dari dirinya, Rasulullah Saw bersabda: “Sombong
itu adalah menolak kebenaran dan menghina orang lain” (HR.Muslim).
Iblis
adalah salah satu makhluk yang merasa paling tinggi kedudukannya dari manusia,
sehingga ketika ia disuruh bersujud oleh Allah SWT ia mengingkari perintah
tersebut, sebagaimana firman Allah SWT: “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami
katakan kepada para malaikat: “bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun
bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang sujud. Allah berfirman:
Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?.
Iblis menjawab: aku lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api,
sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah berfirman: turunlah kamu dari
surga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka
keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina (QS. Al-A’raf [7]:
11-13).
Itulah
kemaksiatan pertama yang diperbuat oleh makhluk terhadap Kholiknya, yakni sikap
keaku-akuan, angkuh, takabur dan tinggi hati. Sifat-sifat tercela itu pula yang
secara perlahan mendorong manusia menentang perintah Allah dan mengingkari
karunia serta nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya.
Hal
serupa juga terjadi pada Fir’aun, ketika kesombongan dan tipu daya setan
menguasai dirinya, kekayaan, kemuliaan dan kekuatan terkumpul dalam genggaman
kekuasaannya, dia berkata: “Akulah raja diraja Mesir. Tidakkah kalian
saksikan sungai Nil itu mengalir di bawah kaki dan kekuasaanku?” Kemudian
dia menyatakan dirinya sebagai penguasa tunggal, penguasa tertinggi yang berhak
menentukan segalnya. Sebagaimana ucapan Fir’aun dalam firman Allah: “Akulah
tuhan kalian yang maha tinggi”. (QS. An-Nazi’at [79]: 24)
Demikian
juga yang terjadi pada Qorun, ketika harta kekayaan yang dimilikinya
menyebabkan ia sombong, sehingga ia mengatakan bahwa harta yang ia peroleh
adalah hasil jerih payah dan ilmunya sendiri. Karena keangkuhan dan sifat
keaku-akuannya itulah, Qorun ditenggelamkan oleh Allah bersama hartanya.
Ada
beberapa faktor seseorang itu beraku-aku, di antaranya adalah:
Pertama: Nasab
Keturunan. Orang yang punya nasab keturunan tinggi menganggap hina orang yang
lebih rendah keturunannya, sekalipun ia lebih tinggi ilmu dan amalnya. Kadang
sebagian mereka menyombongkan diri dan enggan bergaul serta duduk bersama
mereka. Rasulullah bersabda: "Hendaklah orang meninggalkan kebanggan
terhadap nenek moyang mereka yang telah menjadi batu bara di neraka."(HR.
Abu Daud)
Kedua: Harta
Kekayaan. Hal ini biasanya terjadi dikalangan para raja, pemimpin, para
konglomerat, pengusaha, tuan tanah, dan para pejabat negara serta keluarga
mereka. Mereka membanggakan kedudukan dan hartanya sehingga merendahkan dan
melecehkan orang lain.
Ketiga: Ilmu
Pengetahuan. Seseorang yang berilmu pengetahuan mudah merasa tinggi dengan ilmu
pengetahuannya. Ia merasa paling mulia diantara manusia. Ia memandang dirinya
lebih tinggi dan lebih mulia disisi Allah ketimbang yang lainnya. Hal demikian
bisa terjadi karena ilmu yang didapat lebih berorientasi pada duniawi semata,
tanpa dilandasi keikhlasan dan pensucian jiwa dalam menuntutnya. Sebab ilmu
yang didapat dengan ikhlas karena Allah dan hati yang jujur akan melahirkan
sikap tawadhu' dan rasa takut kepada Allah. Belajarlah seperti tanaman
padi, semakin berisi semakin merunduk.
Keempat: Amal
dan Ibadah. Orang yang merasa amal ibadahnya lebih kuat merasa dialah yang akan
selamat dari siksa, sedangkan orang yang amal ibadahnya kurang akan dapat
siksa. Sabda Rasulullah SAW: "Cukuplah seseorang dinilai telah berbuat
kejahatan bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim" (HR. Muslim)
Kelima:
Kecantikan dan Ketampanan. Kecantikan dan ketampanan seseorang bisa meyebabkan
dirinya sombong dengan cara merendahkan dan menyebut-nyebut keburukan rupa
orang lain. Ia beranggapan bahwa dirinyalah yang paling cantik atau paling
tampan di dunia ini, sedangkan yang lain jelek.
Kelima
faktor tersebutlah yang membuat seseorang beraku-aku. Ketika ia seorang
keturunan raja, berpengetahuan, memiliki kekayaan, jabatan dan ketampanan, maka
ia akan meanggap rendah orang lain. Ia merasa bahwa hanya dirinya saja yang
mulia dan patut untuk dihormati. Akibatnya banyak dampak negatif atau bahaya
dari sikap sombong ini, di antaranya:
Pertama, Tidak senang pada saran apalagi kritik, hal
ini disebabkan ia sudah merasa sempurna, tidak punya kekurangan, apalagi bila keaku-akuan
itu tumbuh karena usianya yang sudah tua dengan segudang pengalaman, ia akan
menyombongkan diri kepada orang yang muda, atau sombong karena ilmunya banyak
dengan gelar kesarjanaan.
Kedua, Tidak senang terhadap kemajuan yang dicapai
orang lain, hal ini karena apa yang menjadi sebab kesombongannya akan tersaingi
oleh orang itu yang menyebabkan dia tidak pantas lagi berlaku sombong,
karenanya orang seperti ini biasanya menjadi iri hati (hasad) terhadap
keberhasilan, kemajuan dan kesenangan yang dicapai orang lain, bahkan kalau
perlu menghambat dan menghentikan kemajuan itu dengan cara-cara yang
membahayakan seperti memfitnah, permusuhan hingga pembunuhan.
Ketiga, Menolak kebenaran meskipun ia meyakininya
sebagai sesuatu yang benar, hal ini difirmankan Allah SWT di dalam Al-Qur’an: “Dan
mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati
mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang berbuat kebinasaan” (QS. An-Naml [27]: 14).
Keempat, Keaku-akuan
membawa kepada kehinaan, sebagaimana firman Allah SWT: “Maka tatkala mereka
bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya: “Jadilah
kamu kera yang hina”. (QS. Al-A’raf [7]: 166). Ayat ini menggambarkan bahwa
orang yang memiliki sikap keaku-akuan (sombong) diibaratkan sebagai kera yang
hina.
Kelima, Orang yang beraku-aku akan dibenci Allah SWT dan
menyebabkannya tidak akan masuk surga. Allah SWT berfirman: “Tidak
diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong” (QS.An-Nahl [16]: 23).
Betapa
besar dampak yang dimunculkan akibat dari keaku-akuan dan kesombongan seseorang,
bahkan orang yang sombong akan menjadi sahabat karib iblis. Maha Suci Engkau ya
Allah, sesungguhnya harta, ilmu, kecantikan atau ketampanan merupakan nikmat yang
engkau berikan kepada kami. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang selalu
mensyukuri nikmat yang diberikan-Nya kepada kita, dan mudah-mudahan kita dijauhkan
dari sikap sombong, karena itu merupakan sifat iblis dan sangat dimurkai Allah…Amin
ya rabbal ‘alamin…
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: SAHABAT KARIB IBLIS
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/01/sahabat-karib-iblis.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5