Memaknai Awal Tahun Baru 2013
Sabtu, 04 Mei 2013
0
komentar
M
|
alam
menjelang datangnya tahun baru orang beramai-ramai memeriahkan dan
meramaikannya. Banyak yang mengadakan pesta malam tahun baru, ada yang bakar
jagung sambil diiringi dengan musik, ada yang bakar ayam, namun semua itu hanya
bisa dirasakan bagi mereka yang mempunyai kesempatan dan uang. Mereka dengan
senang dan bahagia memeriahkan pesta malam tahun baru tersebut.Berbeda halnya dengan segelintir orang yang
memang tidak mempunyai kesempatan dan cukup uang untuk merayakan pesta tahunan
teresbut. Mereka hanya bisa melihat orang lain merayakan hal tersebut, tanpa
bisa melaksanakan pesta itu. Mereka sebenarnya berkeinginan juga untuk
merayakan pesta itu, namun karena keterbatasan kesempatan dan keuangan mereka
lebih memilih untuk tidak menghamburkan uang yang mereka miliki dan berupaya
untuk mencari rezeki pada besok harinya.
Hal ini yang sering tidak disadari kebanyakan
orang, mereka lebih memilih membahagiakan diri mereka sendiri tanpa peduli
dengan keadaan orang lain. Padahal di sekitar mereka betapa banyak orang yang
ingin merasakan indahnya malam tahun baru, namun mereka tidak punya kesempatan.
Oleh karena itu, pantaskah bagi kita untuk bahagia pada malam tahun baru,
sedangkan segelintir orang bersedih bahkan ada yang tidak makan karena
keterbatasan mereka. Sedangkan kita orang yang mampu, bergembira ria dalam
penderitaan orang lain. Inikah yang diajarkan Islam kepada kita, tentu tidak.
Tentunya ini menjadi renungan bagi saudagar kaya agar selalu memperhatikan
keterbatasan ekonomi di sekitar mereka.
Di dalam Islam sangat dianjurkan bagi umatnya
yang memiliki harta lebih agar membagikan sebagian harta mereka kepada orang
lain yang memang membutuhkannya. Dengan membagikan harta kita, orang lain dapat
merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yang kita rasakan. Membuat orang bahagia
dan senang adalah suatu ibadah dan amal bagi kita. Di dalam Al-Qur’an Allah
berfirman, “(yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka”. (QS. Al-Baqarah [2]: 3). Ayat
tersebut menganjurkan kepada kita agar senantiasa menginfakkan (memberikan)
sebagian harta yang kita miliki kepada orang lain, agar kita mendapatkan ridha
Allah SWT.
Di dalam sebuah Hadis, Rasulullah
bersabda, “Dari
Abu Dzar rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Ada sekelompok sahabat Rasulullah
melapor, “Wahai Rasulullah orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka
sholat sebagaimana kami sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa, namun
mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Beliau bersabda, “Bukankah
Allah telah menjadikan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian sedekahkan?
Sesungguhnya pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid ada sedekah dan
pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang
kemungkaran adalah sedekah, dan mendatangi istrimu juga sedekah.” Mereka
bertanya. “Wahai Rasulullah, apakah jika seseorang memenuhi kebutuhan
syahwatnya itu pun mendatangkan pahala?” Beliau bersabda, “Apa
pendapatmu, bila ia menempatkan pada tempat yang haram, bukankah ia berdosa?
Demikian pula bila ia menempatkan pada tempat yang halal, ia akan mendapatkan
pahala.” (HR. Muslim)
Dari hadis tersebut bisa kita
ambil kesimpulan bahwa sungguh sangat beruntung orang yang sudah melimpah
hartanya dan ia bersedekah kepada orang lain. Dengan kata lain, bahwa orang
yang kaya apabila ia bersedekah ia akan mendapatkan kedudukan terhormat dan ia
akan memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Karena pada
kenyataannya bahwa harta bukan lah milik kita, melainkan milik Allah SWT.
Harta yang kita miliki adalah
anugerah dan pemberian dari Allah SWT, harat hanyalah sebuah titipan yang
diamanahkan kepada kita. Untuk itu sebagai hamba yang beriman, kita harus
menafkahkan sebagian harta kita untuk orang lain, agar harta kita menjadi suci
dan bersih (fitrah) kembali. Dengan bersedekah, kita juga akan
mengurangi beban saudara kita yang sedang dalam kesusahan dan kesulitan.
Orang yang suka bersedekah atau
memberi itu lebih baik dari pada menerima pemberian orang lain. Rasulullah SAW
bersabda, “Tangan yang
di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (penerima).
(HR. Bukhari). Hadis tersebut member penjelasan kepada kita agar senantiasa
memberi dari pada menerima, karena memberi lebih mulia dibandingkan dengan
orang yang menerima. Untuk itu sepantasnya bagi kita agar bermurah hati
memberikan sebagian harta kita kepada orang lain, dengan harapan kita
mengurangi beban dan kesulitan orang lain.
Jauhilah
oleh kita sifat kikir, karena kekikiran atau pelit tidak akan membawa
kebahagiaan kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat, bahkan akan membinasakan
kita suatu saat nanti. Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah kekikiran.
Sesungguhnya kekikiran itu telah rnembinasakan (umat-umat) sebelum kamu”.
(HR. Muslim). Hadis tersebut secara tegas mengatakan kepada kita untuk menjauhi
sifat kikir, karena akibat kekiran tersebut akan membinasakan kita seperti
binasanya umat-umat terdahulu.
Memaknai
tahun baru 2013 ini marilah kita sebagai umat Islam agar lebih peka lagi
terhadap orang di sekeliling kita, jangan kita hanya menjadikan diri kita
bahagia, namun orang lain yang berada di sekitar kita mengalami penderitaan dan
kesulitan. Untuk itu marilah kita senantiasa menafkahkan atau memberikan
sebagian harta yang kita miliki kepada orang yang membutuhkannya, baik itu
kepada anak-anak yatim, kerabat, orang-orang miskin dan lainnya. Allah SWT
berfirman, “Mereka bertanya tentang apa yang mereka
nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan
kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu
buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 215).
Marilah kita berdo’a kepada Allah
SWT agar diberikan hati yang ikhlas dalam membagikan sedikit harta kepada orang
lain, karena dengan itu akan membantu mengurangi beban dan kesulitan mereka.
Percuma kita bahagia, tapi orang lain menderita. Hidup bahagia di atas
penderitaan orang lain bukan lah sebuah kebahagiaan yang hakiki, namun hidup
bahagia di atas kebahagiaan orang lain pula, itulah kebahagiaan yang hakiki.
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang seantiasa bersedekah, dan mudah-mudahan
kita dijauhkan dari sifat kikir. Amin Ya Rabbal ‘Alamin……
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Memaknai Awal Tahun Baru 2013
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/01/memaknai-awal-tahun-baru-2013.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5