DILEMA PERTEMUAN DAN PERPISAHAN
Sabtu, 02 Februari 2013
2
komentar
Saat pertama
tiba di Desa Gantung Pengayuh, terlintas dalam benak saya seperti apa sih
masyarakat Gantung Pengayuh itu, saya merasa apakah saya bisa beradaptasi dan
berbaur dengan masyarakat…..akhirnya setelah beberapa hari saya berada di Desa
tersebut, saya menemukan jawaban atas keresahan saya saat pertama sampai di
Desa tersebut.
Jujur saya
katakana, bahwa masyarakat Gantung Pengayuh sangat baik, ramah, dan mudah
diajak bergaul….yang lebih mengesankan ada sebuah keluarga yang sangat
sederhana, ramah, baik, dan menganggap saya sebagai bagian dari keluarganya, ia
adalah keluarga Bapak Suwinto…. Bapak Suwinto dan Istrinya Ibu Sarna, sudah
saya anggap sebagai keluarga saya, bahkan mereka saya anggap sebagai orang tua
angkat saya di Gantung Pengayuh dan selamanya akan menjadi Orang Tua angkat
saya….beliau memiliki 3 orang anak, yang pertama bernama Ila, yang kedua Indah,
dan yang ketiga Satrian…. Mereka sama baiknya seperti orang tuanya, apalagi
anak beliau yang ketiga sangat sayang kepada saya, bahkan ia meanggap saya
sebagai abang nya…. Saya merasa sangat bahagia berada di keluarga
tersebut….sampai sekarang saya masih teringat akan keluarga tersebut,
kebaikannya, sehingga terkadang membuat saya meneteskan air mata……
Anak beliau
yang bernama Ila, sering membuatkan saya kopi, menyiapkan makanan buat saya,
dan dia baik kepada saya…..tanpa terasa seiring berjalannya waktu, saya jatuh
cinta kepada Ila, saya sangat sayan dan mencintainya dengan tulus, bahkan saya
mempunyai impian dan tekad akan menimangnya suatu saat nanti kalau memang dia
jodoh buat saya….dan saya berharap juga keluarga Bapak Suwinto mau menerima
saya sebagai menantu beliau, heheheh…..karena saya jatuh cinta akhirnya saya
menulis sesuatu, “CINTAKU BERSEMI DI GANTUNG PENGAYUH”, heheh…..kayak di
film-film sineteron azah yahhh…….
Saya merasa
sangat betah berada di Gantung Pengayuh, bahkan waktu 2 bulan terasa sangat
singkat dan tidak terasa apa-apa, ingin saya menambah 1 bulan lagi mengabdi di
Desa tersebut, namun apa daya semua itu hanya angan-angan belaka yang tidak
mungkin saya lakukan karena masa pengabdian sudah berakhir….namun berakhirnya
masa pengabdian saya di Desa tersebut, bukan membuat saya lupa akan
mereka….saya akan selalu ingat dengan masyarakat di Desa tersebut, terlebih
kepada Bapak Suwinto dan Ibu Sarna yang merupakan sebagai orang tua angkat
saya….saya berjanji suatu saat saya akan ke sana lagi untuk silaturrahmi ke
tempat mereka…..mudah-mudahan Allah memberikan umur yang panjang dan memberikan
rezeki agar saya bisa ke sana….
Kebahagiaan
saya berada di Desa Gantung Pengayuh tidak begitu lama, karena pada saat
lebaran, ketika saya menjadi Khatib saya meneteskan air mata karena jauh dari
orang tua…..dan pada saat shalat Ied selesai, saya tanpa malu memanggil Ibu
Sarna dengan panggilan mama, dan saya pun menangis seperti halnya anak yang
lama berpisah dengan orang tuanya…..kesedihan pun berlanjut, karena tidak lama
lagi setelah lebaran, saya akan meninggalkan Desa Tersebut….
Pada saat mau
meninggalkan Desa tersebut, sebelumnya saya pamit dengan Bapak Suwinto, dan
beliau tidak mampu menahan tangisnya, begitu juga saya, sangat berat rasanya
harus berpisah dengan beliau…perpisahan tersebut seakan hanya mimpi belaka,
bahkan saya bertanya-tanya pada diri saya, apakah hari ini saya sudah akan
meninggalkan kampung ini….akhirnya saya pun berkemas dengan masih berlinangan
air mata…..
Saat yang
paling menyedihkan adalah ketika saya sudah masuk ke dalam Longboat, saya
merasa sangat sedih sekali dan saya tidak mampu menahan air mata saya yang
sudah tidak terbendung lagi, akhirnya saya pun menangis tiada hentinya……saya
merasa hidup saya hampa, tidak bergairah, dan hanya bisa meratapi, kenapa saya
harus berpisah dengan mereka…..kesedihan saya pun masih berlanjut sampai sekarang,
kalau saya teringat mereka saya merasa sedih dan ingin cepat bertemu mereka
lagi…..Abah, Mama, Ila, Indut, Dede, ulun akan selalu merindukan kalian, dan
ulun akan selalu sayang sama kalian semua……
Memang benar
apa yang dikatakan oleh penyanyi dalam syairnya, “bukan perpisahan yang aku
tangisi, tapi pertemuan yang aku sesali”…..memang berat rasanya berpisah dengan
keluarga Bapak Suwinto…….
Pesan saya
untuk Abah, Mama dan semuanya, jangan pernah lupakan Popon yah, selalu ingat
akan Popon dan sayangilah Popon…..Popon bahagia bisa mengenal orang pian, dan
ulun gak akan pernah melupakan orang pian sampai ajal menjemput ulun…..Mama dan
Abah, Popon sayang bangettt sama orang pian dan popon berharap orang pian
selalu menjadi orang tua lun sampai akhir hayat ulun……….I Love You Abah dan
Mama, and I Miss You Forever…….
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: DILEMA PERTEMUAN DAN PERPISAHAN
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/02/dilema-pertemuan-dan-perpisahan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5