-->

UNSUR DAN PENDEKATAN DAKWAH

Posted by Unknown Jumat, 01 Februari 2013 1 komentar


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas, selalu berbuat baik sehingga mampu membangun suatu peradaban yang maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju bebass dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiaran. Agar mencapai yang diinginkan tersebut, diperlukan apa yang dinamakan sebagai dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalm sejarah umat manusia, agama inimencoba meyakinkanumat manusia tentang kebenarannya dan menyeru manusia agar menjadi penganutnya.
Dalam mengembangkan dakwah, maka hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang da’i / mubaligh salah satunya adalah dengan mengatahui unsur-unsur dakwah. Tanpa mengetahui unsur-unsur tersebut, dakwahnya bisa dikatakan tidak sempurna. Oleh karena itu, dibuatlah makalah sederhana ini dengan judul “UNSUR-UNSUR DAKWAH” yang akan memberikan gambaran mengenai unsure-unsur dakwah yang kiranya sangat penting bagi mahasiswa, khususnnya jurusan dakwah.
Pepatah Arab mengatakan, “buku gudang ilmu, membaca adalah kunncinya”. Semoga dengan adanya makalah sederhana ini bisa menambah khazanah keilmuan kita dalam mengembangkan dakwah islamiyah dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, makalah ini merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa saja unsur-unsur dakwah?
2.      Bagaiman pendekatan (approach) dalam dakwah?

 

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui unsur-unsur dakwah.
2.      Untuk mengetahui pendekatan (approach) dalam dakwah.



























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dan selalu ada dalam kegiatan dakwah.[1] Unsur-unsur tersebut adalah da’I (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah). Semua ini adalah unsur pokok dakwah yang berarti harus ada dan tidak bisa dipisahkan dalam proses dakwah sendiri, peran masing-masing unsur amat berkaitan dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.[2]
1.      Da’i (Pelaku Dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok aau berbenuk organisasi aau lembaga.[3]
Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh (orang yang  menyampaikan ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperi penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya. Siapa saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi seorang da’i, dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyatadan kokoh. Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi akidah, syari’ah mamupun dari akhlak. Berkaitan dengan hal-hal yang memerlukan ilmu dan keterampilan khusus, maka kewajiban dakwah dibebankan kepada orang-orang tertentu.[4]
Nassarudin Lathief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliyah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh musama’in (juru penerang) yang menyeru, mengajak, membebri pengajaran dan pelajaran bagi umat Islam.
Sementara itu, untuk mewujudkan seorang da’i yang professional yang mampu memecahkan kondisi madunya sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang dihadapi oleh objek dakwah, ada beberapa krieria. Adapun sifat-sifat bpenting yang harus dimiliki oleh seoran da’i secara umum, yaitu:[5]
a.       Mendalami al-Qur’an, Sunnah dan sejarah kehidupan Rasul, serta khulafaurrasyidin.
b.      Memahami keadaamn masyarakat yang akan dihadapi.
c.       Berani dalam mengungkapakan kebenaran kapan pun dan dimana pun.
d.      Ikhlas dalam melaksanakan tugas dakwah anpa tergiur oleh nikmat materi yang hanya sementara.
e.       Satu kata dengan perbuatan.
f.       Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri.
Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah unntuk memberi solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan prilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.[6]
2.      Mad’u (Mitra Dakwah atau Penerima Dakwah)
Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.[7] Sesuai dengan firman Allah QS. Saba’ 28:
!$tBur y7»oYù=yör& žwÎ) Zp©ù!$Ÿ2 Ĩ$¨Y=Ïj9 #ZŽÏ±o0 #\ƒÉtRur £`Å3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$#
Ÿw šcqßJn=ôètƒ ÇËÑÈ  
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS. Saba’: 28).
Dalam al-Qur’an selalu digambarkan bahwa setiap Rasul menyampaikan risalah, kaum yang dihadapinnya akan terbagi dua: mendukung dakwah dan menolak. Cuma kita tidak menemukan metode yang mendetail di dalam al-Qur’an bagaimana berinteraksi dengan pendukung dan bagaiman menghadapi penentang. Tetapi, isyarat bagaimana mad’u sudah tergambar cukup signifikan dalam al-Qur’an.[8]
Mad’u (mitra dakwah) terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri, profesi, ekonomi, dan seterusnya. Penggolongan mad’u tersebut antara lain sebagai berikut:
a.       Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil, serta masyarakat di kota besar.
b.      Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyayi, abangan dan santri, terutama pada masyarakat Jawa.
c.       Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja dan golongan orang tua.
d.      Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang seniman, buruh dan pegawai negeri.
e.       Dari segi tingkatan social ekonomis, ada golongan kaya, menengah, dan miskin.
f.       Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.
g.      Dari segi khusus, ada masyarakat tunasusila, tunawisma, tunakarya, narapidana, dan sebagainya.[9]
3.      Maddah (Materi Dakwah)
Maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’I kepada mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang  menjadi maddah dakwah adalah ajaran Isalm itu sendiri.[10] Oleh karena itu, membahas yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bias dijadikan maddah dalam dakwah Islam.[11]
Ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itui pada garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Akidah, yang meliputi:
1)      Iman kepada Allah
2)      Iman kepada Malaikat-Nya
3)      Iman kepada kitab-kitabb-Nya
4)      Iman kepada Rasul-rasul-Nya
5)      Iman kepada hari Akhir
6)      Iman kepada qadha-qadhar
b.      Syari’ah, yang meliputi:
1)      Ibadah (dalam arti khas), meliputi:
2)      Thaharah
3)      Sholat
4)      Zakat
5)      Puasa
6)      Haji
c.       Muamallah (dalam arti luas) meliputi:
1)      Al-Qanunul Khas (hukum Perdata)
a)      Muamalah (hukum niaga)
b)      Munakahat (hukum nikah)
c)      Waratsah (hukum waris)
d)     Dan lain sebagainya
2)      Al-Qanunul ‘am (hukum Publik)
a)      Hinayah (hukum Pidana)
b)      Khilafah (hukum Negara)
c)      Jihad (hukum perang  dan damai)
d)     Dan lain-lain[12]
4.      Wasilah (Media Dakwah)
Wasilah (media dakwah) adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu:
1.      Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
2.      Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, spanduk, dan sebagainya.
3.      Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.
4.      Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televisi.
5.      Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara  langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u.[13]
5.      Thariqah (Metode Dakwah)
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu "meta" (melalui) dan "hodos" (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa jerman Methodica ajaran  tentang metode. Dalam bahasa yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq.[14] Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang telah diatur dan melalui Proses pemikiran untuk mencapäi suatu maksud.
 Sedangkan arti dakwah menurut Pandangan bebera papakar ilmuwan adalah sebagai berikut:
1.       Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah satu Proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.
2.      Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengaiak manusia untuk mengeriakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar meteka mendapat kebahagiaan di dunia. dan akhirat. Pendapat ini fuga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa amr ma'ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyakat Islam.[15]
Dari pengertian di atas dapat diambil Pengertian bahwa,metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da'i (Komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.[16]
Ketika membahas metode dakwah umumnya merujukpada Surah An-Nahl ayat 125.
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu :
1.      Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran agama Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
2.      Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyenuh hati mereka.
3.      Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.[17]
6.      Atsar (Efek Dakwah)
Atsar berasal dari bahasa Arab yang berarti bekasan, sisa, atau tanda. Istilah ini kemudian digunakan untuk menunjukkan suatu ucapan atau perbuatan yang berasal dari sahabat atau tabi’in yang pada perkembangan selanjutnya diamggap sebagai hadis, karena memiliki crri-ciri sebagai hadis.[18]
Atsar (efek) sering disebutt dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini serimhg kali dilupakan atau sering tidak mendapat banyak perhatian dari para da’i. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa mengalisis atsar dakawah maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat maka kesalahan strategis dakwah akan segera diketahui untuk segera diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya (corrective action) demikian juga strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-unsur dakwah yang dianggap baik dapat ditingkatkan.[19]
Sebagaimana diketahui bahwa dalam upaya mencapai tujuan dakawah maka kegiatan dakwah selalu diarahkan untuk memengaruhi tiga aspek perubahan dari objeknya, yakni perubahan pada aspek pengetahuan (knowledge), aspek sikapnya (attitude), dan aspek prilakunya (behavioral).
Berkenaan dengan ketiga hal tersebut, Jalaluddin Rahmat menyatakkan bahwa efek kognitif  terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsi khlayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif  timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang  berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioral merujuk pada prilaku  nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.[20]

B.     Pendekatan (Approach) Dakwah
Setiap pelaksanaan dakwah dengan unsurnya harus menggunakan pendekatan (approach) yang tepat. Yang dimaksud dengan pendekatan (approach) adalah penentuan strategi dan pola dasar dan langkah dakwah yang di dalamnya terdapata metode dan teknik unuk mencapai tujuan dakwah.
Penentuan pendekatan dakwah didasarkan atas kondisi sasaran dakwah dan suasana yang melingkupinya. Dalam masyarakat yang terhimpit ekonomi, tentunya dakwah dengan pendekatan ekonomi lebih mengenai daripada pendekatan psikologis semata. Demikian juga dengan pendekatan ekonomi kepada mitra dakwah yang meliputi kecemasan batin akan merupakan kesalahan jika didekati dengan ekonomi semata, sebab mereka seharusnya, didekati secara psikologis.[21]
Pendekatan dakwah dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1.      Pendekatan Sosial
Pendekatan ini didasarkan atas pandangan bahwa penerima/mitra dakwah adalah manusia yang bernaluri sosial serta memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan orang lain. Interaksi sosial manusia ini meliputi semua aspek kehidupan yaiu interaksi budaya, pendidikan, politik, dan ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan sosial ini meliputi:
a.       Pendekatan Pendidikan
Pendidikan merupakan kebuuhan dan sekaligus tuntutan masyarakat, baik pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Lembaga-lembaga pendidikan peranannya dalam pembentukan kecerdasan yang bersangkutan, kedewasaan wawasan serta pembentuka manusia moralis yang berakhlakul karimah sebagai objek maupun subjek pembangunan manusia seutuhnya.
b.      Pendekatan Budaya
Setiap masyarakat memiliki budaya sebagai karya mereka sekaligus sebagai pengikat kebutuhan mereka. Para wali songo, yang memandang bangsa Indonesia dengan budaya yang tinggi secara tepat menggunakan budaya dalam dakwahnya, dan ternyata membawa hasil.
c.       Pendekatan Politik
Banyak hal yang tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan lain kecuali dengan pendekatan politik, melalui kekuasaan. Bahkan hadis Nabi secara khusus memerintahkan amr ma’ruf nahi munkar dengan “fal yughoyyihu biyaadihi” artinya melakukan nahi munkar tersebut dengan kekuasaan (politik) pada penguasa.
d.      Pendekatan Ekonomi
Ekonomi termasuk kebutuhan asasi dalam kehidupan setiap manusia. Kesejahteraan ekonomi memang tidak menjamin suburnya kehidupan keimanan seseorang, akan tetapi sering kali kekafiran akan membawa seseorang pada kekufuran, adalah merupakan realitas yang banyak kita temukan. Pendekatan ekonomis dalam pelaksanaan dakwah pada masyarakat yang minus ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup atau disebut dengan dakwah bil hal mutlak dilakukan sebagai pendukung stabilitas keimanan dan kontinuitas ibadah masyarakat.
2.      Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini meliputi dua aspek:
a.       Citra pandang dakwah terhadap manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu, mereka harus dihadapi dengan pendekatan persuasif, hikmah, dan kasih sayang.
b.      Realita pandang dakwah terhadap manusia yang disamping memiliki beberapa kelebihan, ia juga memiliki berbagai macam kekurangan dan keterbatasan. Ia sering kali mengalami kegagalan mengomunikasikan dirinya ditengah-tengah masyarakat sehingga terbelenggu dalam lingkaran problem yang mengggangu jiwanya. Oleh karena itu dakwah harus memandang setiap mitra dakwah sebagai manusia dengan segala problematikanya. Pendekatan psikologis ini terutama bagi mereka yamg memerlukan pemecahan masalah rohani, baik dengan bimbingan dan penyuluhan maupun dengan metode-metode yang lain.[22]







 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tersebut, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Unsur-unsur dakwah adalah komponen-kompone yang terdapat dan selalu ada dalam kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah).
2.      Pendekatan (approach) adalah penentuan strategi dan pola dasar dan langkah dakwah yang di dalamnya terdapata metode dan teknik unuk mencapai tujuan dakwah. Pendekatan dakwah dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: Pendekatan Sosial dan pendekatan Budaya.

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini, mungkin masih banyak terdapat kekeliruan atau kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari segala pihak sangatlah diperlukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.











 

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saifudin, Wawasan Islam, Jakarta: Rajawali, 1996.

Arifin, M., Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Binntang, 1997.

Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2004.

Hasanudin, Hukum Dakwah, Cet. I, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.

Munir, Metode Dakwah, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2003.

Munir, Muhammad dan Wahyu Ilahi, Managemen Dakwah, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2006.

Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

Rahmat, Jalaluddin, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato, Bandung: Akademika, 1982.









 


[1]Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2004, h. 75.
[3]Ibid.
[4]Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Managemen Dakwah, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2006, h. 22.

[5]Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…, h. 81.

[6]Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Managemen Dakwah…, h.22.
[7]Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…, h. 90.

[8]Lihat al-Qur’an Surah al-Kahfi: 57, Fushilat: 5.
[9]M. Arifin, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Binntang, 1997, h. 13-14.

[10]Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Managemen Dakwah…, h. 24.

[11]Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…, h. 94.
[12]Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam, Jakarta: Rajawali, 1996, h. 71.
[13]Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Managemen Dakwah…, h. 32.

[14]Hasanudin, Hukum Dakwah, Cet. I, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 35.
[15]Munir, Metode Dakwah, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2003, h. 6-7.

[16]Ibid., h. 7-8.
[17]Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Managemen Dakwah…, h. 34.

[18]Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, h. 363.

[19]Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…, h. 138-139.
[20]Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato, Bandung: Akademika, 1982, h. 269.

[21]Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…, h. 143-144.
[22]Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…, h. 147-148.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: UNSUR DAN PENDEKATAN DAKWAH
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/02/unsur-unsur-dan-pendekatan-dakwah_1.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
1 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda

1 komentar:

kak dolop mengatakan...

selesai jug makalah sya mengenai pendektan dkwah mksih ya.

Posting Komentar

Komentar yang tidak sesuai dengan syarat di bawah ini akan dihapus, Demi kenyamanan kita bersama :

1. Menggunakan bahasa tidak beretika (Sara, Pornografi, Menyinggung)
2. Komentar menautkan link secara langsung
3. Komentar tidak berkaitan dengan artikel
4. Komentar Scam (Promosi Link)

Original design by Bamz | Copyright of Coretan Mahasiswa Kampung.

Pengikut

Recent Comment