Islam Sebagai Agama
Kamis, 31 Januari 2013
0
komentar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, karena
manusia membutuhkan keberadaan interaksi kepada sesama sebagai penunjang dalam
potensi rasa solidaritas dan kebersamaan dengan adanya rasa saling membutuhkan.
Keragaman jenis dan suku membuat klarifikasi yang terkadang menimbulkan
intimidasi pada beberapa pihak tertentu, sehingga tidak jarang ditemukan adanya
rasa permusuhan demi mempertahankan rasa gengsi pada setiap jiwa manusia. Hal
ini disebabkan karena manusia dalam fitrahnya adalah makhluk yang mempunyai
sisi positif dan negatif.
Akal pikiran yang menjadi kelebihan manusia dari makhluk
lainnya adalah sumber keragaman dan penyebab munculnya perbedaan dari manusia,
sehingga tidak jarang dalam pemahaman terhadap agama manusia juga dapat berbeda
keyakinan, bahkan di dalam ruang lingkup agama Islam juga tidak jarang
ditemukan perbedaan pemikiran yang menyentuh bagian ideologi atau keyakinan
dalam memahami Islam.
Umat Islam pada dasarnya mempunyai keyakinan yang sama
yaitu mempercayai bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah Allah SWT.Dalam pemahaman
terhadap Tuhan, di dalam pemikiran umat Islam sendiri mempunyai banyak
pemahaman yang berbeda, salah satu contoh adalah Ahmadiyah Qodianiyah yang
menanggap bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah sosok anak Tuhan, serta menganggapnya
sebagai seorang nabi dan rasul Allah, selain itu mereka memahami bahwa Tuhan
berlaku sama seperti makhluk lainnya yang mempunyai kebutuhan biologis dan sebagainya.[1]
Akan tetapi yang paling mencolok ajaran Ahmadiyah dalam
sorotan kebanyakan orang adalah bahwa Ahmadiyah Qodianiyah tidak mengakui bahwa
nabi Muhammad adalah nabi terakhir.[2] Hal
tersebut merupakan contoh keragaman pemikiran dan pengetahuan manusia terhadap
agama, sehingga perbedaan corak pemikiran dari manusia menimbulkan aneka ragam
pemahaman yang tidak jarang bertentangan.
Pada dewasa ini, kemajuan zaman seakan membawa manusia
dalam taraf hidup yang serba canggih,
karena hampir di segala aspek kehidupan manusia dimanjakan oleh hebatnya ilmu
pengetahuan dalam bentuk teknologi. Hal ini menimbulkan kesenjangan antara kebutuhan
konsumsi manusia terhadap agama yang merupakan budaya lama dan budaya yang baru
berbentuk kemajuan zaman, sehingga terjadi cultural lag (ketimpangan
budaya) antara keduanya yang salah satu dampak negatifnya adalah dekadensi
moral.
Nabi Muhammad SAW yang merupakan seorang revolusioner
budaya Arab yang penuh dengan kekacauan menuju kepada keteraturan melalui
ajaran yang dibawa yaitu agama Islam, sesuai dengan ungkapannya bahwa nabi
Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, secara kontekstual tidak
hanya pada masa hidupnya, melainkan ajaran yang dibawanya merupakan sebuah
sarana untuk menyempurnakan nilai akhlak hingga saat ini yaitu dengan ajaran
agama Islam.
Melihat urgensi
peranan agama Islam tersebut dalam korelasinya dengan aneka permasalahan yang
telah diuraikan, maka terkait dengan nilai Islam di dalam kehidupan serta
berkaitan dengan materi mata kuliah Metodologi Studi Islam dalam pembahasan
Islam sebagai agama, serta peranan Islam di dalam kehidupan dan bentuk ajaran
Islam di seluruh dunia, maka makalah ini disusun dengan mengangkat judul: ISLAM
SEBAGAI AGAMA.
Kesungguhan dalam penyelesaian makalah ini tidak lain
hanya karena harapan dapat menjadi sebuah lentera pengetahuan bagi para
pengkaji ilmu pengetahuan di dalam lautan akademik, setidaknya dengan setetes
usaha dengan kesungguhan yang dilakukan memberikan hasil yang diharapkan
tersebut. Dalam kaidahnya, maka sebuah karya diciptakan dengan mengharapkan
menjadi manfaat bagi semua orang, tidak terkecuali dengan tujuan penyusunan
makalah sederhana ini.
B. Rumusan Masalah
Menyesuaikan dengan materi yang telah ditawarkan serta
dengan judul yang diangkat, maka makalah ini akan merumuskan pembahasan sebagai
berikut:
1.
Mengapa Islam sebagai agama?
2.
Mengapa Islam berperan dalam
kehidupan?
3.
Mengapa Islam diajarkan di seluruh
dunia?
C. Tujuan Penulisan
Agar menjadikan pembahasan makalah ini berstruktur dan
sistematis, maka dengan keterkaitan perumusan masalah, maka penyusunan makalah
ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang hal sebagai berikut:
1.
Islam sebagai agama.
2.
Peran Islam di dalam kehidupan.
3.
Ajaran Islam di seluruh dunia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Islam Sebagai Agama
1.
Makna Islam sebagai agama
Islam
berasal dari bahasa Arab, Islam yang artinya tunduk, taat, dan patuh kepada
perintah Allah SWT, salima yang artinya selamat dan sejahtera, dan dari
kata silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, dan
penyerahan diri.[1] Di dalam kamus bahasa
indonesia Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang
ajarannya berdasarkan pada Alquran dan Hadis.[2]
Menurut Khurshid Ahmad dalam bukunya Prinsip-prinsip Pokok Islam, memberikan definisi bahwa islam adalah
penyerahan diri dan kepatuhan secara total kepada Allah, sehingga akan
memperoleh kedamaian sejati, baik kedamaian jasmani maupun rohani.[3]
Menurut Muhammad dalam bukunya Al-Islam: Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk
Perguruan Tinggi Umum, mendefinisikan
bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui
rasul-rasul-Nya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan segitiga antara
manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan
manusia dengan alam semesta.[4]
Sedangkan menurut Muhaimin dalam bukunya Kawasan dan Wawasan Studi Islam, memberikan definisi bahwa Islam adalah
penyerahan diri kepada Tuhan, mengajak kepada perdamaian dan keamanan dengan
Tuhan, manusia, dirinya sendiri, dan alam, serta bersih dan selamat dari
kecacatan, sehingga akan memperoleh kenikmatan dunia dan akhirat.[5]
Dengan demikian, Islam adalah agama yang
diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya yang mengajarkan
pemeluknya menyebarkan kedamaian kepada diri sendiri, sesama manusia dan
lingkungan sekitarnya, serta tunduk dan patuh terhadap perintah Allah SWT dan
memberikan seluruh jiwanya kepada Allah.
Muhammad
Ali menyatakan bahwa Islam sebagai agama merupakan bentuk agama yang mengajak
kepada perdamaian dan kerukunan atau persatuan.[6]
Pemahaman terhadap agama yang merupakan sumber keteraturan dalam kehidupan
manusia, merupakan keyakinan yang secara simbolis terhadap keinginan manusia
akan kebahagiaan yang diinginkan.
Menurut
Hasbi Ash-Shiddieqy menyatakan bahwa Islam sebagai agama adalah suatu kumpulan
peraturan yang ditetapkan Allah untuk menuntun para umatnya memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.[7] Islam
itu merupakan suatu aturan yang akan mengatur jalan hidup penganutnya, agar
menuju kebenaran yang hakiki.
Dengan demikian Islam sebagai agama
merupakan sebuah keteraturan hidup yang mengajak penganutnya menyebarkan misi
perdamaian, penyerahan diri kepada Tuhan, agar hidup teratur, saling menghargai
dan menciptakan kerukunan kepada manusia, serta adanya keseimbangan dalam
menjalankan hidup.
2.
Nilai-nilai kemanusiaan yang diusung agama Islam
Islam memiliki dua sumber hukum yang dijadikan
sebagai pedoman hidup, yaitu Alquran dan Alhadis.[8]
Dengan berpedoman kepada kedua sumber tersebut islam akan melahirkan
nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal, antara lain sebagai berikut:
a. Hak Hidup
Islam sangat menjunjung tinggi hak hidup bagi manusia dan menjaganya
dengan pendidikan, bimbingan, keputusan-keputusan hukum dan dengan berbagai
penegasan fikriyah, kejiwaan dan sosial. Islam memandang hidup merupakan sebuah
karunia dari Allah di mana seseorang tidak boleh mengambil atau merampasnya
dari orang lain. [9]
Islam juga tidak mendiskriminasikan antara orang berkulit hitam dengan
yang putih, orang yang terhormat dengan tidak, laki-laki dan wanita, dan
lain-lain. Dalam rangka melindungi hak hidup Alquran dan Hadis memperingatkan
akan azab yang sangat pedih bagi orang yang melenyapkan jiwa seseorang tanpa
melalui prosedur yang benar.[10]
b. Hak Beragama
Islam mengakui bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memeluk agama
yang dipercayainya, temasuk mengamalkannya.[11]
Islam juga memberikan perlindungan terhadap non-Muslim yang ketentuan perlakuan
terhadap mereka dijamin dalam hukum islam.[12]
Dalam Alquran ditegaskan:
Iw on#tø.Î) ’Îû ÈûïÏe$!$# (
‰s% tû¨üt6¨? ߉ô©”9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$# 4
`yJsù öàÿõ3tƒ ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãƒur «!$$Î/ ωs)sù y7|¡ôJtGó™$# Íouróãèø9$$Î/ 4’s+øOâqø9$# Ÿw tP$|ÁÏÿR$# $olm; 3
ª!$#ur ìì‹Ïÿxœ îLìÎ=tæ ÇËÎÏÈ
Artinya:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”[13]
c. Hak Berpendapat
Agama islam sangat menghormati akal dan pikiran manusia, meletakkan akal
pada tempat yang terhormat, dan menyuruh manusia mempergunakan akalnya untuk
memikirkan keadaan alam.[14]
Dengan akal tersebut islam memberikan hak untuk berpikir dan kebebasan
mengeluarkan pendapat.
Dalam Alquran banyak ayat-ayat yang menyuruh umat manusia supaya
menggunakan akal dan pikiran untuk mempelajari ciptaan ilahi, menyelidiki
rahasia-rahasia alam dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan hidup manusia. Di
antaranya firman Allah:
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ ’n<Î) È@Î/M}$# y#ø‹Ÿ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ ’n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#ø‹Ÿ2 ôMyèÏùâ‘ ÇÊÑÈ ’n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#ø‹x. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ ’n<Î)ur ÇÚö‘F{$# y#ø‹x. ôMysÏÜß™ ÇËÉÈ
Artinya:
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, dan
langit, bagaimana ia ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan dan
bumi bagaimana ia dihamparkan”.[15]
3.
Dalil Alquran tentang Islam sebagai agama
QS. Al-Maidah [3]: 3.
ôMtBÌhãm ãNä3ø‹n=tæ èptGøŠyJø9$# ãP¤$!$#ur ãNøtm:ur ̓̓Yσø:$# !$tBur ¨@Ïdé& ÎŽötóÏ9 «!$# ¾ÏmÎ/ èps)ÏZy‚÷ZßJø9$#ur äosŒqè%öqyJø9$#ur èptƒÏjŠuŽtIßJø9$#ur èpys‹ÏܨZ9$#ur !$tBur Ÿ@x.r& ßìç7¡¡9$# žwÎ) $tB ÷LäêøŠ©.sŒ $tBur yxÎ/èŒ ’n?tã É=ÝÁ‘Z9$# br&ur (#qßJÅ¡ø)tFó¡s? ÉO»s9ø—F{$$Î/ 4
öNä3Ï9ºsŒ î,ó¡Ïù 3
tPöqu‹ø9$# }§Í³tƒ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB öNä3ÏZƒÏŠ Ÿxsù öNèdöqt±øƒrB Èböqt±÷z$#ur 4
tPöqu‹ø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3ø‹n=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊu‘ur ãNä3s9 zN»n=ó™M}$# $YYƒÏŠ 4
Ç`yJsù §äÜôÊ$# ’Îû >p|ÁuKøƒxC uŽöxî 7#ÏR$yftGãB 5OøO\b}
¨bÎ*sù ©!$# Ö‘qàÿxî ÒO‹Ïm§‘ ÇÌÈ
Artinya
: “Diharamkan bagimu (memakan)
bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu)
yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa, karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”[16]
4.
Tuntutan agama Islam
Tuntutan
agama Islam itu adalah menyebarkan perdamaian, baik pada diri pribadi maupun
kepada orang lain. Di antara tuntutan Islam adalah berlaku baik terhadap sesama
tanpa mendiskriminasikan ras, suku, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan
derajat.
Islam
mengajarkan toleransi, karena di dalam toleransi mencakup sifat-sifat lapang
dada, berjiwa besar, luas pemahaman, pandai menahan diri, tidak memaksakan
kehendak sendiri, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat, semuanya itu adalah dalam rangka
menciptakan kedamaian hidup beragama dalam masyarkat yang plural.[17]
Dengan
demikian adanya perbedaan paham dalam suatu masalah, seperti agama dan
keyakinan tidak boleh menjadi sebab untuk mengadakan garis pemisah dalam pergaulan.
Jadi toleransi menghendaki adanya kerukunan hidup di antara manusia yang
menganut agama atau keyakinan yang majemuk, sebab tanpa adanya toleransi tidak
mungkin akan tercapainya kerukunan dan kedamaian hidup dalam masyarakat.
B.
Peran Islam di dalam
Kehidupan
Dapat
dipahami bahwa peran berada di dalam struktur, seperti contoh di dalam tubuh
manusia terdapat organ tubuh yang mempunyai fungsi masing-masing, sehingga
organ tubuh manusia merupakan sebuah kesatuan yang dapat disebut dengan
struktur, setiap fungsi yang saling berkaitan disebut peran, sehingga jika
diartikan secara lebih luas maka peran merupakan bentuk kesatuan komponen yang berstruktur
dan saling memberikan manfaat satu dengan yang lainnya.[18]
Agama
dapat disimpulkan sebagai sumber sistem nilai dan merupakan petunjuk, pedoman,
dan pendorong atau motivasi bagi manusia untuk memecahkan segala bentuk
permasalahan dalam setiap aspek kehidupan, dalam kata lain agama menjadi solusi
dalam setiap permasalahan manusia sehingga agama dapat terbentuk ke dalam
setiap pola hidup, tujuan hidup, dan perilaku atau tingkah laku manusia yang
dilakukan manusia karena menginginkan serta mengharapkan keridhaan dari Tuhan
yang diyakini dapat memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan yang diharapkan.[19]
Secara
antropologis atau memandang dari segi budaya, kata Islam telah menggambarkan
kodrat manusia sebagai makhluk yang tunduk dan patuh kepada Tuhan, keadaan ini
memunculkan pemahaman terhadap orang atau manusia yang tidak patuh adalah
bentuk dari penolakan terhadap fitrah manusia.
Islam
merupakan keyakinan berdasarkan kedamaian dan kepasrahan hanya kepada Allah,
sesuai dengan ajaran para nabi-Nya, dan yang sangat penting bagi agama Islam
adalah ajaran tauhid atau mengesakan Allah, keyakinan serta kepercayaan yang
mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu
yang ada, dan tujuan dari cara hidup agama Islam adalah menjalani kehidupan
sesuai dengan keyakinan tersebut agar dapat memperoleh kebahagiaan serta
kesejahteraan di dunia atau di akhirat.[20]
Ahmad
Khan menyatakan bahwa ukuran untuk menilai kebenaran agama adalah apakah agama
sesuai dengan fitrah manusia (natural dispotition of man) atau dengan
alam (nature), jika sesuai maka agama tersebut adalah benar, dan adanya
kesesuaian tersebut merupakan tanda bahwa agama tersebut benar berasal dari
Tuhan, dan untuk menguji kebenaran Islam apakah sesuai dengan hakikat manusia,
maka Ahmad Khan meyakini bahwa agama Islam sesuai dengan hakikat manusia karena
Islam merupakan agama yang ditetapkan oleh Allah melalui rasul-Nya, dan bukan
agama yang dibentuk oleh para penyiarnya.[21]
Dapat
disimpulkan dari uraian di atas tentang peranan agama bagi manusia serta Islam
sebagai agama yang menjadi sumber keteraturan hidup manusia, sehingga dapat
dipahami bahwa manusia membutuhkan keteraturan dalam kehidupannya agar dapat
memperoleh kebahagiaan yang dicita-citakan, oleh karenanya agama merupakan
kebutuhan manusia pada dasarnya untuk memperoleh keteraturan, di dalam ajaran
Islam yang secara keseluruhan terkodifikasi di dalam Alquran dan pesan nabi
Muhammad SAW dalam bentuk Hadis.
Peran
agama Islam dalam kehidupan adalah menjadikan aqidah sebagai paradigma
pengetahuan, karena hal tersebut seharusnya dimiliki oleh umat Islam, agama
Islam telah menyatakan bahwa aqidah merupakan substansi serta landasan
pemikiran dan sebagai standar segala ilmu pengetahuan.[22] Oleh
karenanya, perintah mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam adalah mengesakan
Tuhan dan menghindari syirik (mempersekutukan Tuhan), hal ini disebabkan antara
tauhid dan syirik merupakan dua hal yang berlawanan akan tetapi tidak dapat
dipisahkan.[23]
Aqidah
atau iman merupakan pondasi dalam kehidupan umat Islam, adapun ibadah merupakan
bentuk manifestasi dari iman tersebut, dan kualitas iman dapat diukur dari
pelaksanaan ibadah secara sempurna dan realisasi syariat (aturan) di dalam
kehidupan, aqidah dan ibadah bukan hal yang bersifat ritual atau doktrin yang
tidak mempunyai makna karena keduanya merupakan pola hidup, dan keyakinan yang
berada di dalam jiwa manusia serta aktivitas ibadah merupakan puncak pendidikan
rohani dan moral kemanusiaan.[24]
Di
dalam ajaran Islam, manusia dianjurkan untuk berfikir dengan tujuan merenungkan
dan memperhatikan alam semesta agar dapat menambah keimanan kepada Allah,
karena berfikir merupakan salah satu fungsi akal yang dimiliki oleh manusia,
sehingga sesuai dengan predikat manusia yang oleh Allah disebutkan di dalam
Alquran bahwa manusia diciptakan agar dapat berperan sebagai khalifah atau
pemimpin di muka bumi, sehingga manusia menjadi makhluk yang paling sempurna di
antara makhluk lainnya karena kemampuannya untuk berfikir dengan akal yang
telah diberikan Tuhan.[25]
Di
dalam ajaran Islam, rukun Islam merupakan dasar praktis dan teoritis agama
Islam secara keseluruhan, dan di dalam rukun Islam kalimat syahadat
menempati urutan pertama, hal ini karena kalimat tauhid dan pengakuan terhadap
nabi Muhammad adalah dasar utama keimanan dalam Islam, dan dua kalimat tersebut
menjadi dasar pokok aqidah dan rukun Islam yang lainnya.[26] Para
ahli ilmu pengetahuan menyatakan bahwa kelima rukun Islam saling memiliki
integritas sehingga tidak dapat dipisahkan dan harus dilaksanakan secara
menyeluruh tanpa dipisah-pisahkan.[27]
Dalam
sebuah penelitian, penyebab rusaknya aqidah adalah dikarenakan beberapa faktor
berikut:[28]
1. Penyimpangan pemikiran dari metode yang benar.
2. Penyimpangan jiwa dari akhlak yang benar.
3. Kelemahan iradah di hadapan penguasa (elit politik), atau
kelemahan di hadapan penguasa/tokoh masyarakat berpengaruh yang dapat
mempengaruhi orang-orang yang lemah kepada kesesatan.
Perintah
mengesakan Tuhan bermakna bahwa manusia hanya boleh tunduk kepada Tuhan,
disebabkan manusia hanya boleh tunduk kepada Tuhan sehingga manusia dijadikan
khalifah, sehingga tauhid mendorong manusia untuk menguasai dan memanfaatkan
alam karena alam telah ditundukkan oleh Allah kepada manusia, dan dari alam
manusia memiliki pengetahuan serta perkembangan teknologi karena akal yang
diberikan Allah kepada manusia.[29]
Sehingga
dapat diberikan makna bahwa peran Islam dalam kehidupan manusia adalah
terbentuknya suatu komunitas yang cenderung progresif, atau komunitas yang
dapat mengendalikan, memelihara, dan mengembangkan kehidupan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan atau sains, hal ini tidak hanya berbentuk
penguasaan dan pengembangan sains yang termasuk amal shaleh, akan tetapi
merupakan bentuk komitmen keimanan kepada Allah.[30]
C.
Ajaran Islam di Seluruh Dunia
Ruang
lingkup ajaran Islam tercakup ke dalam dua pedoman dasar yaitu Alquran dan
Hadis, ajaran Islam terkadang bersifat global atau secara garis besar sehingga
memerlukan interpretasi, pada dasarnya Islam diajarkan dalam 3 konteks, yaitu:[31]
1. Islam dalam konteksnya dengan masing-masing negara;
2. Islam dalam konteksnya dengan dunia internasional; dan
3. Islam dalam konteksnya dan prospeknya di masa depan.
Urgensi
Islam dalam kehidupan manusia adalah memberikan penekanan keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi (alam
baka), sehingga Islam mengajarkan
agar mampu mengelola alam dengan hasil yang sesuai dengan harapan untuk kepentingan manusia.[32] Sehingga bagian dari tujuan luhur
penciptaan harus dicapai melalui perantara kesadaran manusia sendiri dalam
pengertian bahwa manusia berperan aktif dalam lingkup tujuan diciptakannya
manusia sebagai pemimpin atau pengelola alam.[33] Dapat dipahami bahwa pada dasarnya
yang menjadi pokok ajaran Islam adalah pengenalan dan penetapan aqidah terhadap
Tuhan, kemudian selanjutnya kepada beberapa aspek yang menjadi penopang dalam
hal tersebut.
Meski
ajaran Islam bersifat universal, tetapi di seluruh dunia umat Islam berpedoman
kepada hal yang sama yaitu Alquran dan Hadis, tetapi dalam pengembangannya dan
pengertian konsepsi kemasyarakatan tidak terlepas dari kehidupan nyata atau
realitas Islam berada dan berkembang, sehingga pengembangan dan kebijaksanaan
pembinaan kehidupan agama Islam berbeda di antara negara-negara.[34]
Perintah paling mendasar dalam ajaran Islam adalah mengesakan Tuhan dan
mencegah melakukan perbuatan syirik.[35]
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam di seluruh dunia adalah tauhid atau
mengesakan Allah SWT dan tidak berbuat syirik, karena manusia telah diciptakan
dengan tujuan sebagai pengelola alam dengan akal pikiran yang telah diberikan
Tuhan, kemudian hal tersebut membawa manusia kepada ilmu pengetahuan dan pada
akhirnya mengembalikan pengetahuan tersebut kepada pengetahuan tentang keesaan
Tuhan, dan hal ini selanjutnya menjadikan dasar-dasar agama Islam menjadi
beberapa aspek lainnya agar Islam dapat memenuhi kepentingan dan kebutuhan
manusia secara keseluruhan terhadap keyakinannya kepada Allah SWT.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan pembahasan dan perumusan masalah
pada makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Islam sebagai agama
merupakan sebuah keteraturan hidup yang mengajak penganutnya menyebarkan misi
perdamaian, penyerahan diri kepada Tuhan, agar hidup teratur, saling menghargai
dan menciptakan kerukunan kepada manusia, serta adanya keseimbangan dalam
menjalankan hidup. Islam sebagai agama juga mengatur bagaimana menjalin
hubungan antara sesama, baik Muslim maupun Non-Muslim, agar terciptanya
kerukunan dan kedamaian hidup dalam masyarakat.
2. Agama Islam
berperan di dalam kehidupan manusia adalah menjadikan aqidah sebagai paradigma
kehidupan, atau dapat dikatakan bahwa agama Islam membentuk sebuah komunitas
yang bersifat progresif, atau komunitas yang mampu mengelola, mengendalikan,
serta memelihara seluruh alam dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, sehingga
apabila manusia mempunyai aqidah yang tidak benar akan menyebabkan tugasnya
sebagai pengelola dan pemeliharaan alam tidak optimal, dan pada akhirnya
menimbulkan kesenjangan stabilitas kehidupan manusia itu sendiri, selain
kemudian merusak hubungan manusia dengan Tuhannya.
3. Islam diajarkan
ke seluruh dunia agar dapat menjadikan komunitas yang mempunyai komitmen yang
sama dengan sebuah ikatan sosial dan keyakinan yang sama, sehingga Islam
mengajarkan ajaran pokok yang mendasari keyakinan tersebut dengan mengajarkan
tauhid, agar manusia mempunyai keterikatan satu sama lainnya, sehingga Islam
mampu menjadi bagian dari kebudayaan pada bagian komunitas umat Islam yang
mempunyai keragaman budaya, akan tetapi tetap didasarkan kepada sumber pokok
ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis, dan umat Islam dianjurkan untuk selalu
berpegang kepada kedua sumber pokok ajaran Islam tersebut dalam menentukan dan
menemukan sebuah solusi dalam menghadapi keragaman problematika kehidupan.
B. Saran
Selayaknya
pencetus karya adalah mengharapkan karya tersebut dapat menjadi manfaat bagi
orang lain dan dirinya sendiri, seperti itu pula harapan yang ada ketika
penyusunan makalah sederhana ini. Adapun bentuk kekurangan dan kesalahan tentu
tidak akan terlepas karena merupakan sisi kemanusiaan yang mendasar dari
kejiwaan manusia, sehingga dengan bersikap bijak adalah mengharapkan motivasi
yang membangun dalam bentuk kritik dan saran.
Pada
akhirnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga dengan kesempatan dan
perhatian yang diberikan, setidaknya permohonan maaf atas segala kesalahan dan
kelalaian dalam makalah ini atau di dalam proses pembuatan makalah sederhana
ini, baik dari paragraf, kalimat, kata, atau sikap selama proses pembuatan
makalah ini. Selanjutnya tidak etis rasanya jika tidak sama-sama mendoakan,
semoga segala bentuk pekerjaan yang disertai dengan ketulusan niat membuahkan
keridhaan dari Allah yang Maha Rahman.
[1] H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Cet.
5, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004, h. 49.
[2] Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, Tangerang: KARISMA Publishing Group, 2009, h. 229.
[3] Khurshid Ahmad, dkk, Prinsip-prinsip Pokok Islam, terjemahan
A. Nashir Budiman dan Mujibah Utami dari judul asli The Islamic Pondation,
Jakarta: Rajawali, 1989, h. 16.
[4] Muhammad, dan Rois Mahfud, Al-Islam: Pendidikan
Agama Islam (PAI) untuk Perguruan Tinggi Umum, Malang: Setara Press, 2008,
h. 4.
[6]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2008, h.
63-64.
[7] H. Endang Saifuddin Anshari, Kuliah al-Islam:
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, Cet. 3, Jakarta: Rajawali,
1992, h. 72.
[8] Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam:
Pokok-pokok Pikiran tentang Paradigma dan Sistem Islam, Jakarta: Gema
Insani Press, 2004, h. 50.
[9] Yusuf Al-Qardhawi, Karakteristik Islam: kajian
analitik, terjemahan Rofi’ Munawwar dari judul asli, Al-Khashooish
Al-Ammah li Al-Islam, Cet. Kelima, Surabaya: Risalah Gusti, 2000, h. 91.
[10] Ibid., h. 93.
[11] H.M. Yunan Nasution, Islam dan Problema-Problema
Kemasyarakatan, Jakarta: Bulan Bintang, 1988, h. 103.
[12] Seyyid Hossein Nasr, Islam: agama, sejarah, dan
peradaban, terjemahan Koes Adiwidjajanto dari judul asli Islam:
Religion, History, Civilization, Surabaya: Risalah Gusti, 2003, h. 37.
[13]Mohammad Taufiq, Quran in The Word Ver1.2.0,
Taufiq Product, moh.taufiq@gmail.com QS 2: 256.
[14] M. Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, Bandung:
Bulan Sabit, 1969, h. 54.
[16] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:
Ferlia Citra Utama, 2008, h. 142-143.
[17] Jirhanuddin, Perbandingan Agama: Pengantar Studi
Memahami Agama-Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 200.
[18]Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi
Islam, Cetakan kesebelas, 2009, Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 14.
[19]Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan
Agama Islam, Cet. 2, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, h. 4.
[20]Christine Huda Dodge, Memahami Segalanya tentang
Islam, pent. Moh. Anwar, dari judul asli, Everything Understanding Islam
Book, Batam: Karisma Publishing Group, 2004, h. 9.
[21]John J. Donohue dan John L. Esposito (Peny.), Islam
dan Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-Masalah, pent. Machnun Husein, dari
judul asli, Islam in Transition: Muslim Perspectives, Cetakan keempat,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, h. 63.
[22]M. Shiddiq al-Jawi, Peran Islam dalam Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, http://www.khilafah1924.org,
versi Pdf, generated: 05 Oktober 2010.
[23]Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi…,
h. 15.
[24]Abuddin Nata, Dirasah Islamiah: Alquran dan Hadis,
Cetakan ketujuh, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000, h. 44.
[25]Armansyah, Studi
Kritis Pemahaman Islam, e-book download version, http://www.geocities.com/arman_syah/,
dalam tema, Tauhid Sebuah Pembuktian
Ilahi, http://www.pakdenono.com
[26]Said Hawwa, Al-Islam, pent. Abdul Hayyie
al-Kattani dkk., Jakarta: Gema Insani Press, 2004, h. 31.
[27]Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah
Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ihsan Secara Terpadu, pent. Afif Muhammad,
dari judul asli, Kitâb Hidâyat al-Ţâlibîn fi Bayân Muhimmât al-Dîn, Bandung:
Al-Bayan, 1998, h. 28.
[28]Abdurrahman Hasan Habanakah al-Maidani, Pokok-Pokok
Aqidah Islam, pent. A.M. Basalamah, dari judul asli, al-Aqîdah
al-Islamiyyah wa Ususuhâ, Cetakan Kedua, Jakarta: Gema Insani, 2004, h.
573.
[29]Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi…,
h. 15-16.
[30]Ibid., h.
17-18.
[31]Thoyib I.M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial
Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, h. 32.
[32]Rohadi Abdul Fatah dan Sudarsono, Ilmu dan
Teknologi dalam Islam, Cetakan Kedua, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, h. 18.
[33]Mehdi Khorasani dan A.F.B. Baines Hewitt, Islam
Agama Rasional, pent. M. Hashem, dari judul asli, Islam the Rational
Religion, Cetakan Kedua, Bandung: Mizan, 1989, h. 51.
[34]Thoyib I.M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata…,
h. 32.
[35]Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi…,
h. 15.
[1]Ihsan Ilahi
Dzahir, Ahmadiyah Qadiyaniyah: Sebuah Kajian Analitis, pent. Harapandi
Dahri, dari judul asli, al-Qâdiâniyyah: Dirâsât wa Tahlil, Jakarta:
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008, h. 73.
[2]M.A Suryawan,
Bukan Sekedar Hitam Putih: Kontroversi Pemahaman Ahmadiyah, Tanggerang:
Azzahra Publishing, 2005, h. 19.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Islam Sebagai Agama
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/01/islam-sebagai-agama.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5