Keajaiban Jujur
Rabu, 08 Mei 2013
2
komentar
![]() |
Keajaiban Jujur |
Jujur adalah
sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan. Akan tetapi
bisa jadi pembicaraan tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum
menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi perkara
kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman,
baik itu akidah, akhlak ataupun muamalah; di mana yang terakhir ini memiliki
banyak cabang, seperti perkara jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan sebagainya.
Jujur
merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat
jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur
adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih bahwa Nabi bersabda, "Wajib
atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan
akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan
memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas
kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada
kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa
berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah
sebagai pendusta" (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud)
Diriwayatkan,
ada seorang pemuda sedang berjalan di pinggir sungai. Dia menemukan buah anggur
yang hanyut di sungai. Ia lantas mengambil buah itu dan memakannya hingga masuk
ke perutnya. Namun, belum habis buah
anggur itu dimakan, sang pemuda menyadari bahwa buah itu tidak halal baginya,
sebelum sang pemilik buah menghalalkannya.
Sang pemuda
ini pun menyusuri sungai dan mencari pemilik kebun anggur itu. Dalam
perjalanannya, akhirnya dia berjumpa dengan sang pemilik kebun. Sang pemuda
lantas menyampaikan maksudnya dan memohon izin kepadanya untuk mengikhlaskan
buah yang sudah dimakannya. Tapi, sang pemilik kebun tak mau menghalalkannya.
Sang pemuda
ini terus memohon kepada pemilik kebun itu. Bahkan, ia rela menjadi penjaga
kebun itu walau tanpa diupah asal dirinya mendapatkan kehalalan dari buah yang
sudah dimakannya. Sebab, ia khawatir, buah anggur yang tidak halal itu bisa
menjadi penghalang dirinya masuk ke surga. Akhirnya, sang pemilik kebun mempekerjakan
si pemuda sebagai penjaga kebun. Setelah beberapa waktu, dan melihat
kesungguhan si pemuda menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan, sang
pemilik kebun ini berniat menghalalkan buah anggur itu.
“Namun dengan
satu syarat,” ujarnya. Sang pemuda ini pun semringah, dan dia siap memenuhi
syarat itu asal mendapat ridha dari sang pemilik kebun. “Syarat itu adalah,
engkau harus menikah dengan anakku. Ia buta, tuli, bisu, dan lumpuh,” ujar
pemilik kebun. Mendengar hal itu, bukannya gembira, hati si pemuda justru makin
gelisah. Sebab, dirinya akan mendapatkan istri yang tidak bisa apa-apa, yakni
buta, tuli, bisu, dan lumpuh pula. Namun, demi halalnya anggur yang sudah masuk
ke perutnya, ia pun menerima syarat itu.
Singkat
cerita, dinikahkanlah si pemuda dengan anak pemilik kebun itu. Sesudah akad
nikah, si pemuda dipersilakan menemui istrinya. Alangkah terkejutnya si pemuda,
sebab perempuan yang ada di kamar itu, justru tidak buta, tidak tuli, tidak
bisu, dan juga tidak lumpuh. Ia bisa melihat, mendengar, berbicara, dan
berjalan. Mengetahui sang suami kebingungan, istrinya kemudian menjelaskan
maksud orang tuanya yang menyatakan dirinya buta, tuli, bisu, dan lumpuh.
“Ayahku benar. Aku bisu, karena tidak pernah membicarakan hal-hal yang buruk.
Aku tuli karena tidak pernah mendengar hal-hal yang haram. Aku buta karena tak
pernah melihat kemaksiatan. Dan aku lumpuh karena tak pernah pergi ke tempat
maksiat,” ujarnya.
Mendengar hal
itu, maka gembiralah hati sang pemuda. Ternyata, ketulusan dan keikhlasannya
untuk senantiasa berlaku jujur walau dalam kondisi apa pun telah berbalas
dengan kebaikan. Ia pun memuji kebesaran Allah SWT. Dari perkawinan mereka,
lahirlah seorang ulama besar. Dialah Imam Hanafi. Dalam riwayat lain
disebutkan, sang pemuda itu adalah ayah dari Imam Syafii.
Dari cerita di
atas dapat kita ambil hikmah (pelajaran) yang sangat berharga kepada kita yaitu
tentang kejujuran. Kejujuran pada hakikatnya memang pahit, namun akan
mendatangkan kebaikan nantinya. Sebagaimana hadis Rasulullah, Dari Ibnu
Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya shidq (kejujuran)
itu membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan
selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai
orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan
kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia
ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”. (Muttafaqun ‘Alaih)
Marilah kita
senantiasa berdo’a agar Allah menanamkan di hati sifat jujur. Karena hanya
dengan kejujuran kita akan mendapat kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat
kelak. Semoga kita termasuk orang-orang yang jujur dalam segala aspek
kehidupan, baik dalam hal bergaul, jual beli, dan lain sebagainya dan semoga
lidah kita terjaga dari sifat bohong. Amin ya rabbal ‘alamin…
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Keajaiban Jujur
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/05/keajaiban-jujur.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5